Sabtu, 01 Oktober 2011

Tulisan 1

Pertumbuhan dan Perkembangan Seorang Anak

    
    Proses pertumbuhan dan perkembangan ini berjalan dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor genetik dari kedua orang tuanya sudah jelas akan memberi kontribusi yang besar dalam hal ini.  Selain itu ada pula faktor riwayat kesehatan ataupun trauma yang pernah dialami oleh anak. Demikian pula faktor lain yang sifatnya tidak langsung, misalnya status ekonomi orang tua, yang berpengaruh pada kecukupan gizi dan kesejahteraan anak. Bahkan pada masyarakat yang masih memiliki akar budaya yang  kuat, perkembangan karakter anak juga akan terpengaruh oleh norma-norma budaya tersebut.

    Secara fisik, anak mengalami pertumbuhan di mana ukuran tubuh menjadi lebih besar. Dalam hal perkembangan fisik, anak menjadi terampil dalam menggunakan tangan dan jari-jarinya, kakinya, dapat berdiri, berlari, dapat makan sendiri, dapat menelan dengan baik, dan berbagai kemampuan lain yang sifatnya  berupa keterampilan.

    Intelektualitas juga mengalami perkembangan. Anak berkembang menjadi mampu berkomunikasi  dengan sekitarnya, dapat menyampaikan pikirannya, dan dapat memahami hal-hal abstrak dan simbolis. Perilaku anak juga mengalami proses perkembangan, mengikuti norma-norma yang ada di lingkungan di mana ia dibesarkan.

     Proses perkembangan sebenarnya merupakan proses belajar. Seperti halnya proses perkembangan  perilaku, di mana anak belajar dari bagaimana tindakan atau sikapnya dihargai oleh orang lain. Ia akan mengembangkan perilaku yang membuahkan balasan positif dari orang sekitarnya. Sebaliknya bila orang di sekitarnya memberi respons yang negatif,  perilaku itu tidak akan berkembang.  Kadang orang tua perlu memberi ketegasan pada anak, apa yang  tidak boleh anak lakukan, maka orang tua dapat memberinya respons negatif berupa hukuman. Hukuman di sini merupakan respons negatif  dan keadaan yang tidak menyenangkan, yang  dibuat agar anak tidak mengembangkan lagi perilaku itu. Walaupun demikian, ternyata penelitian  mengatakan bahwa lebih efektif memberi penghargaan terhadap perilaku yang positif , daripada memberi hukuman terhadap perilaku negatif.
    Pembentukan  dan modifikasi dari perilaku anak ini banyak dipengaruhi oleh  adanya penghargaan dari lingkungan sekitarnya. Semakin ia diberi respons positif, semakin kuat perkembangannya. Selain itu yang menjadi acuan dari anak dalam bertingkah laku adalah perilaku dari orang sekitanya. Anak yang masih kecil memiliki kecenderungan untuk meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya. Mereka menjadikan orang tua dan kakak-kakaknya sebagai contoh model dalam berperilaku.

    Semakin besar anak, ia akan semakin memiliki kemampuan berpikir secara abstrak. Ia tidak hanya belajar dari  mencoba sesuatu, tetapi juga dari melihat dan memperhatikan orang lain melakukannya. Model yang  dijadikannya contoh berperilaku juga makin meluas dan tidak hanya dari yang ada di sekitarnya secara langsung.  Media massa dan televisi akan ikut memberi pengaruh dalam pembentukan karakter dan perilakunya. Skala nilai dan norma-norma yang dianut juga akan tidak jauh berbeda dengan dunianya ini. Semakin besar anak, ia akan  semakin melihat nilai dan norma apa yang diajarkan oleh orang tuanya, dan bagaimana kenyataan orang tua menjalaninya secara nyata dalam keseharian. Di sini penting sekali bahwa perilaku orang tua sehari-hari harus sesuai dengan yang mereka ajarkan pada anaknya.  Justru bila apa yang dilakukan dan diajarkan oleh orang tua berbeda, akan berakibat anak tidak memahami  dan mengerti  tentang perilaku yang seharusnya.

    Hal lain yang perlu juga diingat adalah bahwa tiap anak memiliki pola perilaku yang unik dan bervariasi. Jadi bagaimana pun anak  akan tetap memiliki tabiat dan perilakunya sendiri, bahkan pada anak kembar sekalipun. Kita sebagai orang tua tidak akan bisa menentukan 100 %  bagaimana perilaku anak itu. Tetapi kita sebagai orang tua  harus dapat memahami karakteristik tiap anak, sehingga dari situ  kita dapat  membimbing  dan mengajarkan esensi perilaku yang baik padanya.

    Bayi baru lahir sangat tergantung dengan lingkungannya. Untuk  memenuhi keperluannya ia masih harus dibantu oleh orang lain. Sedangkan orang dewasa, sudah dapat mempengaruhi lingkungannya dalam pemenuhan kebutuhannya. Kemampuan untuk berinteraksi dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya ini diperoleh dari suatu proses perkembangan   sejak bayi hingga dewasa. Proses perkembangan dan perubahan pada bayi yang baru lahir hingga bisa berdiri sendiri saat dewasa ini, terjadi dalam beberapa tahap :

  Seorang anak bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, karena ia mempunyai sifat berlainan dari orang dewasa. Ia harus tumbuh dan berkembang sampai dewasa agar dapat berguna bagi masyarakat. Walaupun pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu, seorang anak dalam banyak hal bergantung kepada orang dewasa, misalnya mengenai makan, perawatan, bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dan sebagainya. Oleh karena itu semua orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang, misalnya keperluan dan lingkungan anak pada waktu tertentu agar anak dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya.

     Untuk perkembangan yang normal diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan fungsi. Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimum diperlukan berbagai faktor misalnya makanan harus disesuaikan dengan keperluan anak yang sedang tumbuh. Penyakit infeksi akut maupun kronis menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga pencegahan penyakit menular merupakan hal yang penting, di samping diperlukan bimbingan, pembinaan, perasaan aman dan kasih sayang dari ayah dan ibu yang hidup rukun, bahagia dan sejahtera dalam lingkungan yang sehat.


     Di usia 0-1 bayi belum dapat membedakan dirinya dengan lingkungan luarnya. Ia masih dalam taraf mulai belajar  untuk membedakan antara dirinya dan dunia luarnya. Pada usia ini kebutuhan bayi memang masih  sedikit, tetapi harus terpenuhi dengan baik. Dunia luarnya akan dimulai dari ibu atau orang yang memenuhi kebutuhannya dan merawatnya sehari-hari. Anak pun akan jauh lebih menyukai bila mendengar suara ibunya, yang dikenalnya sejak ia lahir.

      Pada usia 1-4 tahun tingkat ketergantungan mulai berubah. Aktivitas yang semula serba dependen perlahan beralih menjadi independen. Seiring dengan kemajuan  dalam kemampuan  bahasa, gerak, dan kemampuan komunikasi dengan dunia luarnya, ia akan lebih mudah mengungkapkan kebutuhan dan keinginannya. Perbendaharaan kata yang dimiliki semakin banyak, dan anak mulai pandai menirukan kata yang didengarnya.  Orang tua yang mengasuhnya pun lebih mudah mengerti apa yang dikehendaki si anak, karena anak sudah dapat berkomunikasi dengan lebih baik. Dengan kemampuannya itu, ditambah dengan keterampilan motoriknya yang mulai dapat memegang, memeriksa , dan mencoba sesuatu, ia akan semakin banyak melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya. Ia akan senang untuk membongkar-bongkar dan mengobrak-abrik  semua tempat.
 
     Semakin ia besar dan mengerti perbedaan dirinya dengan dunia luar, disini akan timbul pertentangan. Pertentangan terjadi karena si anak belum mengenal kepentingan lain selain kepentingan dirinya sendiri, sehingga kerapkali akan terjadi pertentangan dengan kepentingan orang tuanya.

      Usia 5-7 tahun adalah usia sekolah awal. Anak mulai masuk Taman Kanak-kanak. Ia memulai untuk berusaha berdiri sendiri di dunia luarnya. Ia tidak lagi berada di sisi ibunya terus-menerus. Di TK ia akan mulai berlatih berbagai keterampilan. Kemampuan melihat, menerima pengertian, berpikir, berbahasa, yang masih sederhana akan dikembangkan dengan berhadapan langsung dengan dunia luar.  Hal-hal yang dialaminya secara langsung akan semakin banyak dan semakin bervariasi.
 
      Aktifitasnya akan meningkat, dan porsi waktu yang semula ia habiskan dalam rumah saja bergeser menjadi banyak di luar rumah. Dan ia juga akan melihat dunia yang melibatkan lebih banyak orang, dengan berbagai perilakunya. Di sinilah orang  tua sering menjadi cemas, sebab khawatir  perilaku orang lain akan memberi pengaruh yang tidak baik bagi anak.

      Pada saat usia 7-11 Keseimbangan antara ketergantungan dan mampu berdiri sendiri mulai tampak. Anak (terutama anak laki-laki) akan semakin senang bermain sendiri / bersama temannya di luar rumah. Pada saat anak ini bermain, ia secara tak sadar sebenarnya sedang berusaha melepaskan ketergantungannya dengan ibunya di rumah, dan berdiri sendiri bersama teman-temannya di sekitar rumah. Seorang anak laki-laki di usia ini, jika masih memperlihatkan ketergantungan  secara terang-terangan terhadap ibunya, malah merupakan hal yang tidak normal dan harus diwaspadai.

     Perkembangan  psikologi yang normal selama masa remaja, meliputi  4 aspek . Pertama adalah kemampuan emosional  untuk terlepas dari keluarga dan mampu menerima tanggung jawab. Kedua, perkembangan seksual dan nilai moralitas. Di sini selain pematangan fungsi seksual dari organ tubuh, juga pematangan akan nilai-nilai seksualitas. Ketiga, menemukan keinginan dan minat  yang ada dalam dirinya dan usaha pencapaiannya. Dan yang keempat, adalah menemukan jati diri (ego) yang sebenarnya.
 
      Pada tahap ini terjadilah proses pematangan seksual. Selain secara fisik, juga secara mental. Perilakunya akan semakin menunjukkan ciri-ciri kelakuan anak laki atau perempuan dalam pergaulannya, terutama dalam pergaulan dengan lawan jenis.
    
     Pada masa  awal remaja, anak sering membandingkan diri dengan teman-teman sebayanya.  Tingkah laku dari orang  yang mereka jadikan model atau idola, akan mereka tiru dan ikuti. Rasa ingin tahu tentang hal seksual akan meningkat, dan biasanya  mereka mencari segala sumber untuk mengetahuinya.   Peran orang tua dan sekolah dalam hal ini adalah untuk memberikan sex education  yang benar, sehingga anak mendapat informasi yang benar tentang seksualitas.  Dari segi hubungan sosial dengan dunia sekitarnya, anak akan mulai menyadari kedudukan dan status orang tua dalam masyarakat. Dengan berinteraksi dengan masyarakat, anak melihat bagaimana orang lain memandang dirinya dan keluarganya. Dari sini ia akan belajar untuk membentuk dan memahami identitas sosialnya.

sumber: wikipedia
                google
                http://leman.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar